SEJARAH LAHIR & BERKEMBANGNYA KABUPATEN CILACAP
(Dibacakan dalam rangka “Gerakan Cilacap Membaca
2016” Dikaitkan Hari Jadi Cilacap Ke-160)
Kabupaten Cilacap - Provinsi
Jawa Tengah terdiri dari 24 Kecamatan, 269 Desa dan 15
Kelurahan. Karena secara geografis berbatasan dengan
Provinsi Jawa Barat, maka secara sosiologis
dan kultural, Cilacap
merupakan batas /pertemuan Budaya Jawa (Banyumasan) dan Budaya
Sunda (Priangan Timur).
1. Sejarah Cilacap Sebelum Pemerintahan Hindia Belanda
Sejak dahulu posisi geografis Cilacap berada
diantara dua wilayah politik, yaitu Galuh
(Sunda) dan Mataram (jawa). Nama Donan, lebih dulu
dikenal daripada Cilacap. Dalam Perspektif Mataram
(jawa), berdasarkan prasasti
Salingsingan (1880) disebutkan desa Donan (Handaunan) yang merupakan cikal
bakal Cilacap, sudah didiami penduduk sejak abad ke-9 yaitu saat
Mataram Kuno diperintah DYAH
LOKAPALA. Kata Cilacap berasal “Tlacap”
yang berarti tanah lancip (landtong) .
Cilacap dalam perspektif Galuh (Sunda) dapat dilihat
dari laporan Belanda (1809),
menyebutkan bahwa “Segara
Anakan & Pulau
Nusakambangan” merupakan kekuasaan Galuh / Priangan Timur dihuni penduduk
sebelum dihancurkan perompak, perdagangannya cukup ramai ”
Selanjutnya sejarah Cilacap juga tidak dapat lepas
dengan sejarah Banyumas. Pada abad ke 15 Bupati WIRASABA mendirikan kota baru
bernama Banyumas sebagai pusat tempat kedudukan wedana – bupati ( kepala bupati ) dari 12 Bupati dibawah Kasunanan Surakarta. Karena dianggap ingin melepaskan
diri dari Kasunanan, Banyumas
dipecah menjadi 2 bagian wedana – Bupati yang membawahi para bupati (bergelar
Tumenggung/Ngabehi) yaitu Banyumas
Kasepuhan ( Purwokerto, Adipala dan Adireja) dan Banyumas Kanoman(Purbalingga,Sokaraja,Panjer, sebagian Banjarnegara).
Pada masa itu,
daerah Cilacap yang sesungguhnya masih disebut Donan dan dipegang oleh Penguasa
Pribumi / RONGGO AMAT DIMRAN menjadi rebutan diantara keduanya.
Kekuasaan Kasunanan
Surakarta meliputi pula Kadipaten Majenang / Dajeuhluhur, sehingga pada
awalnya Kadipaten ini tidak menjadi bagian
dari Banyumas, tapi mempunyai jalur hubungan langsung dengan Kasunanan
Surakarta .
2. Sejarah
Cilacap Setelah Pemerintahan Hindia Belanda
Dengan berakhirnya Perang Diponegoro (1830), wilayah mancanegara barat dari Mataram
diambil kedalam kekuasaan langsung pemerintah kolonial. Daerah Banyumas dan
Bagelen ( Kedu ) dianeksasi kedalam kekuasaan Hindia Belanda (1831 ). Kemudian disusunlah
Pemerintahan mulai dari Residen dan Assisten Residen untuk mendampingi para
Bupati. Karisidenan Banyumas membawahi 5 Kabupaten : Ajibarang , Purbalingga,
Purwokerto, Banjarnegara, dan Majenang / Dayeuhluhur.
Cilacap masih merupakan distrik bersama sama dengan distrik Dayeuhluhur
(termasuk Nusakambangan ) dan Adiraja .
Tahun
1830 adalah “awal periode penjajahan dalam
sejarah Jawa” Hindia Belanda yaitu VAN
DEN BOSCH,menerapkan sistem
Tanam Paksa (cultuurstelsel) dan pajak
uang. Rakyat wajib wajib menanam dan menyerahkan
sebagian hasil
tanam sebagai ganti pajak uang, dan
sebaliknya membayar pajak tanah dalam bentuk uang . Setelah mencaplok mancanegara barat
(Banyumas) , Pemerintah Hindia Belanda
melihat potensi pelayaran di Cilacap guna mengangkut komoditas hasil tanam paksa ke
pasar ekspor (eropa). Untuk melancarkan arus lalu lintas antara Sungai Serayu dan Cilacap muncul gagasan membuat satu
kanal yaitu“KALI
YASA” (kali yang dibuat).
Begitu gembiranya,
Gubernur Jendral DOMINIQUE JACQUES DE EERENS dan Pangeran HENDRIK datang dari Negeri Belanda, menyempatkan
diri melakukan perjalanan air dari Banyumas ke Cilacap , ditempuh selama 9 hari. (1837)
Pemerintah Hindia Belanda juga menugaskan Raden Bei TJAKRADIMEDJA (putra bupati Kasepuhan Banyumas) untuk
membuka Donan menjadi sebuah kota (1
Januari 1839).
Pemerintah Hindia Belanda menganggap daerah Banyumas Selatan terlalu
luas maka "Patenschap" Dayeuhluhur
dipisahkan dari Banyumas dan dijadikan satu afdeling tersendiri yaitu :
afdeling Cilacap
dengan ibu kota Cilacap, yang menjadi tempat kedudukan kepala Bestuur
Eropa Asisten Residen dan Kepala Bestuur Pribumi Rangga atau Onder Regent” dengan Besluit tanggal 27 Juni
1841 No. 10 . X
Pada saat Residen LAUNY, dibentuklah
Onder Afdeling Tlacap dengan besluit Gubernur Jenderal D.DE ERENS
tanggal 17 Juli 1839 Nomor 1,memutuskan:"Demi
kepentingan pelaksanaan pemerintahan daerah yang lebih Rapi di kawasan selatan
Banyumas dan peningkatan pembangunan Pelabuhan Cilacap, sambil menunggu usul
organisasi distrik-distrik bagian selatan yang akan menjadi bagiannya,satu dari
3 Asisten Resident di Karesidenan ini akan berkedudukan di Cilacap"
Pada masa Residen Banyumas ke-9 VAN DE
MOORE,diusulkan pembentukan Kabupaten Cilacap kepada Menteri Kolonial
Kerajaan Belanda tanggal 29 Desember 1855 No. 86 dan Surat
Rahasia Menteri Kolonial tanggal 5 Januari 1856 Nomor 7/A, disampaikan
kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda
yang
memerlukan persetujuan Raja Belanda yaitu permohonan persetujuan
pembentukan Kabupaten Cilacap dan organisasi bestir pribumi dan pengeluaran
anggaran lebih dari 5.220 gulden /pertahun, Setelah menerima surat rahasia tersebut,
maka “Onder Regentschap Cilacap” ditingkatkan menjadi
Regentschap (Kabupaten Cilacap) dengan Besluit Gubernur Jenderal tanggal 21 Maret 1856
Nomor 21 .
Raden Tumenggung TJAKRAWERDANA 1 diangkat
sebagai Adipati Tlacap oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 6 juli
1856, dikenal sebagai bupati yang
pantang mundur. Dia menghendaki Donan menjadi kota. Pada saat itu hutan donan
masih dipenuhi rawa, hutan yang lebat dengan binatang buasnya dan sangat
angker. Dimulailah usahanya membuka daerah yang angker itu, mengeringkan air
pada rawa-rawa dan mengurugnya . Pendopo dan rumah tinggal Bupati dilakukan dengan
bantuan orang kepercayaannya yang memiliki kekuatan fisik dan mental. Dibidang
mental dibangunlah Masjid. Jalan-jalan kota mulai dibuat dan tepinya ditanami pohon kenari sebagai
pelindung dari teriknya matahari ( Penghijauan ). Bupati Cilacap I
digantikan oleh adiknya dan menjabat sebagai bupati Cilacap yang ke-2 . Dia meninggal karena sakit mendadak.
Demikian pula Bupati Cilacap
yang ke -3 meninggal karena sakit Malaria.
Selanjutnya Bupati ke -
4 adalah RMAA.TJAKRAWERDAJA (1882
-1927). Bupati ke-4 ini mempunyai karya yang sangat
besar dengan melanjutkan pembangunan pada masa bupati bupati sebelumnya. Kota
Tlacap semakin diperluas dengan membuka rawa-rawa dan mengeringkannya untuk
daerah pertanian. Memperbanyak dan memperluas jalur jalan , pembuatan saluran assenering untuk mengalirkan air dari
rawa rawa yang mengandung bibit malaria ke laut lepas serta pembangunan 25
pasar. Tlacap merupakan daerah yang surplus dan tidak pernah kekurangan bahan
makanan. Pada masa inilah Pelabuhan Tlacap semakin
berkembang karena pihak swasta
telah dilibatkaan untuk kegiatan eksport – import, yaitu ekspor kopi, tembakau,
nilai ( indigo ), gula, kopra, kina, teh dan lain –lain ke Pasar Eropa dan import
berupa katun, keramik dan lain lain untuk disalurkan ke daerah pedalaman
Cilacap dan sekitarnya .
Lintas Kereta Api ( SS ) Yogyakarta – Cilacap mulai dikerjakan pada
tahun 1879 sampai dengan 1887.
Penyambungan rel dari stasiun Cilacap ke Pelabuhan untuk transportasi barang
dilakukan pada tahun 1888. Pertimbangan lain pembukaan jalur kereta api Cilacap
– Yogyakarta adalah untuk mengangkut gula sebagai primadona komoditas ekspor.
Bupati Cilacap ke V RMAA TJAKRASEWAJA
(1927-1950) mengalami beberapa jaman pemerintahan yaitu Hindia Belanda,
pendudukan jepang dan perang kemerdekaan I-II. Sejak 1950 Bupati yang memimpin Kabupaten Cilacap
bukan lagi keturunan dari bupati-bupati sebelumnya.
Daftar Nama Bupati Cilacap :
Masih Keturunan ( 1858 -1950 )
|
Tidak Berdasarkan Keturunan (1950
s.d sekarang )
|
1. R. Tumenggung Tjakra Werdana I (1858-1873)
|
6. Raden Mas Soetedjo (1950-1952)
|
2. R. Tumenggung Tjakra Werdana II (1873-1875)
|
7. R. Witono (1952-1954)
|
3. R. Tumenggung Tjakra Werdana III (1875-1881)
|
8. Raden Mas Kodri (1954-1958)
|
4. R.M Adipati
Tjakrawerdaya (1882-1927)
|
9. D.A Santoso (1958-1965)
|
5. R.M Adipati
Arya Tjakra Sewaja (1927-1950)
|
10. Hadi Soetomo (1965-1968)
|
|
11. HS. Kartabrata (1968-1974)
|
|
12. H. RYK. Moekmin (1974-1979)
|
|
13. Poedjono Pranyoto (1979-1987)
|
|
14. H. Mohamad Supardi (1987-1997)
|
|
15. H. Herry Tabri Karta, SH (1997-2002)
|
|
16. H. Probo Yulastoro, S.Sos, MM, M.Si (2002 -2009)
|
|
17. Tatto Suwarto Pamuji (2010 s.d sekarang )
|
Daftar Kecamatan ( 24 ) : Cilacap-Selatan, Cilacap-Tengah, Cilacap-Utara, Kesugihan,
Jeruk legi, Kampung laut, Adipala, Kroya, Maos , Sampang , Binangun, Nusawungu.
Kawunganten, Bantarsari, Gandrungmangu, Sidareja, Kedungreja, Patimuan, Cipari,
Wanareja, Majenang , Daeyeuhluhur, Karangpucung, Cimanggu.
TERIMAKASIH |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah membaca